Tentang Rasa yang Tersisa
Dalam kalimat yang di rangkai, terdapat dirimu yang menjelma menjadi huruf konsonan dalam kata.
Dalam setiap ucap yang terbesit, kau hadir mengitari daun telinga yang selalu menerima.
Pikiran bertanya tentang bayangan yang menipu mata. Serta suara terdengar begitu senja dalam bercerita.
Senyuman menampilkan rupa sebagai gerbang menuju derita. Tentang cinta yang berujung duka dan luka.
Ingatan tak sengaja menyiksa majikannya. Dari dinding-dinding percakapan yang membatasi kita. Terpampang cinta di tengah-tengahnya.
Dari setiap ketidakadilan masa lalu, tulisan-tulisan itu menjelma menjadi manusia berakal namun tanpa hati. Kau menolak berteman dengannya, sedang aku telah menjadi bahagian darinya.
Tulisan itu tak lebih dari tatapan pecinta yang sudah hilang hatinya. Termakan perlahan oleh rasa yang telah habis masa berlakunya.
Batam, 29 Mei 2016